Setiap hari Kamis, di depan Istana Negara, ada sekelompok orang berpakaian serba hitam berdiri tegak dalam diam. Membawa payung hitam, membawa spanduk-spanduk tuntutan, mereka bukan barisan sekelompok Ultras klub sepakbola, atau para penggemar Batman yang sedang melakukan cosplay . Mereka adalah bagian dari aksi kamisan, sebuah bentuk protes paling damai, paling hening, dan konsisten selama puluhan tahun yang pernah ada di Indonesia.
Jika ada satu aksi yang ingin aku ikuti sekali seumur hidup, aksi kamisan adalah salah satunya. Sepintas, aksi kamisan mungkin terlihat seperti segerombolan orang yang sedang menuntut. Lebih jauh dari itu, ada penjelasan panjang tentang keadilan & Hak Asasi Manusia yang belum tuntas. Bukan karena kurangnya bukti dan saksi, namun pemerintah-negara memilih untuk tidak mendengarkan dan tidak pernah benar-benar mau serius untuk menuntaskannya.
APA ITU AKSI KAMISAN?
Aksi kamisan dimulai sejak tahun 2007, dipicu oleh para keluarga pelanggaran HAM berat seperti kasus pengungkapanan aktivisme ’98, tragedi Trisakti, tragedi Semanggi, pembunuhan Munir dan masih banyak lagi kasus pelanggaran HAM berat lainnya.
Ibu Sumarsih adalah seorang ibu dari anak atau laki-laki bernama Benardinus Realino Norma Irawan yang menjadi korban tragedi Semanggi 1. Wawan, panggilan akrab Ibu Sumarsih kepada anaknya, terbunuh tertembak selongsong peluru tepat di dada ketika sedang melakukan aksi kemanusiaan, membantu pelajar melakukan protes Sidang Istimewa MPR.
Wawan hanyalah salah satu dari puluhan bahkan ratusan korban meninggal atau hilang yang tidak pernah mendapatkan keadilan selayaknya manusia pada umumnya. (Mungkin) Bagi pemerintah nyawa mereka tidak ada harganya & tidak perlu terlalu dibesar-besarkan. Aksi diam tersebut bukan tanpa alasan, namun karena mereka menganggap suara mereka sama sekali tidak pernah dianggap & didengar.
Diam mereka adalah bentuk perlawanan, diam mereka adalah sebuah perjuangan, diam mereka adalah tanda-tanda marah yang sudah terlalu puncak. Seperti marahnya kamu kepada orang yang kamu sayangi, bukan dengan teriakan atau caci maki, tapi dengan diam yang sangat menyakitkan yaitu, silent treatment . Tapi ini bukan soal cinta, ini tentang nyawa manusia.
Meski tanpa aksi kekerasan atau anarki, aksi ini justru sebagai pengingat paling tajam, tanpa aksi kamisan mungkin bangsa kita kelak akan menjadi monster jahat yang sangat mengerikan, monster yang dapat sewaktu-waktu membunuh warganya tanpa belas kasihan. Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang mau mengakui kesalahannya dan meminta maaf, lalu memperbaikinya.
Kita tidak pernah tau mungkin suatu saat nanti, mungkin kita, keluarga kita, teman kita, saudara kita, sahabat kita, akan menjadi korban pembunuhan dan leluhuran oleh mereka yang seharusnya melindungi, lalu dibiarkan tanpa proses keadilan dan dilenyapkan seolah-olah nyawa kita sama dengan bangkai tikus yang dibiarkan membusuk.
Aksi kamisan mengajarkan kita banyak hal, tentang konsistensi yang dilakukan terus menerus tanpa kenal lelah, tentang empati kita terhadap dan sebagai sesama manusia, tentang keberanian untuk terus memperjuangkan hak dan keadilan.
Penutup
Kita punya pilihan, untuk tetap cuek atau peduli. Tapi satu yang perlu kalian harus tau, semua kejadian diatas bisa terjadi dan menimpa kita kapan saja. Aksi kamisan dapat kalian lihat di Instagram mereka yaitu Aksi Kamisan .