Cerita Sebuah Awayday- Final Liga 3

Sabtu, 13 Januari mungkin adalah hari yang sangat dinantikan bagi pencinta sepak bola disebuah kabupaten pinggiran bernama Purbalingga. Klub lokal kebanggaan mereka, Persibangga akan berlaga di final Liga 3 Jawa Tengah melawan Persip Pekalongan.

Laga Final akan digelar di tempat netral, yaitu di Stadion Jatidiri Semarang. 190 Km dari Purbalingga jika dilihat dari Google Map, lumayan jauh dibanding jarak Pekalongan-Semarang yang hanya 90 Km.

Walaupun asli Purbalingga, saya sebenarnya tidak begitu fanatik dengan Persibangga, saya nonton hanya ketika pengin dan ada waktu luang saja.

Namun entah kenapa, pada laga Final kali ini saya sangat antusias, jauh-jauh hari saya sudah merencanakan buat ikut nonton langsung ke Semarang.

Walau tidak begitu fanatik, tapi kalo sudah soal nama Purbalingga beda cerita, mau bagaimanapun saya lahir, tumbuh & besar disini. Ada sebuah gengsi tersendiri, apalagi ini adalah sebuah pertandingan final, sebuah moment yang sangat jarang terjadi.

Menang atau kalah pun saya tidak terlalu peduli, saya hanya ingin bersenang-senang dan merayakan sepak bola bersama teman-teman lainnya.

GERILYA DIMULAI

Sabtu pagi yang cerah, saya & adek saya berangkat menuju GOR Goeteng Darjono, sesuai himbauan untuk titik keberangkatan semua dipusatkan menjadi satu tempat agar nanti bisa berangkat bareng-bareng & dikawal Pak Polisi.

Saya berangkat dari rumah menggunakan sepeda motor sekitar jam 06.15, menyusuri setiap jalan kecamatan yang masih sepi dan sampai GOR jam 06.40.

Berhubung ini adalah akhir pekan, suasana GOR lumayan ramai, banyak orang-orang yang sedang jogging atau hanya sekedar nyari jajanan atau sarapan, beberapa supporter juga sudah mulai berdatangan.

Sekitar jam 07.30, rombongan besar bus yang bakal membawa kami awayday sampai di GOR, cukup molor dari waktu yang sudah ditentukan. Total ada sekitar 13 BUS & beberapa mobil pribadi.

Rute yang bakal dilewati kali ini adalah lewat Pemalang via tol dan keluar nanti sudah di Semarang. Ini adalah pengalaman pertama saya lewat jalur ini, karena biasanya kalo ke Semarang saya pasti lewat Wonosobo-Temanggung-Bandungan-Ungaran-Semarang.

08.00 bus mulai berangkat diiringi beberapa Patwal & juga polisi, molor 1 jam dari waktu yang sudah ditentukan.

Jam 10-an bus berhenti disebuah rumah makan di daerah Pemalang, agak lucu juga karena baru jalan 2 jam udah berhenti buat makan & kencing.

Jam 10.20 bus lanjut jalan lagi, sekitar jam 11-an Bus masuk tol, perjalan lumayan lancar karena dikawal patwal & polisi, disetiap simpang jalan & lampu merah bus juga tetep bisa ngebut karena sudah ada polisi yang menutup jalan.

Sekitar jam 1-an, bus sampe di rest area sebelum KM 389 Batang. Bus berhenti untuk Istirahat, Shalat & Makan. Nah betapa gobloknya saya disini adalah karena sudah sangat lapar saya langsung turun & masuk ke warung yang di rest area.

Yaaah namanya juga di rest area, harga makanannya juga suka-suka yang punya warung dah. Saya pesen makanan yang paling murah yaitu Nasi Telor seharga 25k.

Ternyata, disitu juga ada pembagian jatah makan 1x, tapi digrup cuman infoin monggo yang mau makan, ga ada info ini makan jatah 1x atau suruh makan sendiri-sendiri, jelek banget koordinasinya.

Saya langsung shalat Dhuhur & sekalian jamak buat salat Asar nanti. Ada cerita lucu waktu sedang sedang jama’ shalat Ashar tiba-tiba ada orang yang ikut buat gabung mungkin dipikir ini jamaah shalat duhur, jadi selesai salam orang itu masih lanjut buat ngerampungin 2 rakaat terakhir hehe

Bus lanjut lagi, sekitar jam 2 kurang sampai juga di exit tol, tapi ketahan lumayan lama sekitar 10 menitan Karena sopir kehabisan saldo e-tol.

Disini saya ngerasa udah pasti bakal telat, apalagi kick off pertandingan kali ini jam 14.30. Keluar tol sebenarnya ga berselang lama sudah langsung keliatan megahnya stadion Jatidiri, tapi Bus harus muter lumayan jauh buat bisa masuk ke stadion.

DRAMA, ACTION!

14.25 WIB akhirnya sampe juga di stadion Jatidiri, ketika turun dari bus dari celah-celah stadion saya masih sempat liat pemain sedang siap-siap masuk ke lapangan, Alhamdulillah pertandingan baru mau mulai.

Ternyata Pengurus & koordinator belum pegang sama sekali tiket pertandingan, alhasil kami harus menunggu terlebih dahulu.

Teman-teman Braling Curva Nord & Southern Boys mulai masuk stadion karena sudah pegang tiket, sedang saya yang ikutan rombongan Braling Mania.

10-20 menit pengurus ga ada kejelasan sama sekali, setiap ditanya jawabe sedang diurus, ga ada .

Total ada 300-an orang yang belum bisa masuk, belum ditambah yang berangkat pribadi & pesan tiket lewat Braling Mania.

Babak pertama hampir selesai, teman-teman sudah mulai agak panas, jauh-jauh dari Purbalingga kok cuman disuruh nonton Stadion. Saya punya opsi buat beli tiket VVIP, tapi kasian juga sama teman-teman lain.

Setelah didesak sana-sini akhirnya pengurus mengakui kalo kehabisan tiket, lucu karena sesuai regulasi tiket belakang gawang memang didistribusikan langsung ke masing-masing kelompok Suporter. Lah kok bisa pengurus Braling Mania tidak megang tiket sama sekali.

Akhirnya ada beberapa teman-teman yang negosiasi dengan Panpel, teman-teman Braling Mania disuruh untuk kumpul di pintu masuk tribun Utara sisi barat, katanya nanti tiket bakal dibagi disana.

Sampai pintu utara sisi masuk, .

Setelah melewati proses yang begitu njlimet akhirnya saya bisa masuk juga ke dalam stadion juga, kesan pertama Sangat luar biasa.

Dari sisi selatan supporter Pekalongan memang terlihat sangat mendominasi, nyanyian & chant juga terdengar begitu menggema & sangat jelas, mungkin ada sekitar 5000 supporter Pekalongan yang hadir saat itu, luar biasa.

Selain faktor jarak yang relatif lebih dekat, mereka juga menyediakan armada truk gratis untuk berangkat ke Semarang, sebuah bentuk dukungan nyata.

Pertandingan berjalan relatif berimbang, Persip lebih banyak menguasai pertandingan, tapi Persibangga juga beberapa kali melakukan serangan balik yang cukup membahayakan.

10 menit terakhir, Persibangga mencoba sedikit mendominasi, beberapa kali pemain Persip melakukan kesalahan, mungkin faktor stamina yang sudah mulai menurun.

Ada sebuah peluang emas ketika pemain Persibangga  melakukan tendangan cukup keras sedikit dari luar kotak penalti, sayang bola masih bisa ditepis penjaga gawang Persip.

Bola-bola tusukan dari sayap juga lumayan merepotkan, sayang passing akhir pemain Persibangga sangat buruk.

Pertandingan berakhir dengan skor imbang, 0-0. Saya pikir pertandingan akan dilanjutkan dengan babak extra time 2×15 menit, ternyata langsung dilanjut adu penalti.

Saya cukup optimis kali ini, apalagi Persibangga melaju ke babak final setelah mengalahkan Persiku Kudus melalui adu penalti.

Adu penalti dimulai, penendang pertama Persibangga gagal melakukan tugasnya, tendangannya membentur mistar gawang, sedang penendang Persip berhasil dengan mudah mengecoh kiper Persibangga.

Tendangan kedua Persibangga berhasil, sayang pada tendangan ketiga berhasil ditepis kiper Persip. Penendang Persip semua berhasil melakukan tugasnya dengan sangat baik, disini terlihat sekali faktor mental pemain Persip sebagai juara bertahan berbicara.

Penendang ke empat Persibangga berhasil memasukan bola, sedikit memperpanjang asa teman-teman. Riuh gemuruh suporter Pekalongan mewarnai penendang ke empat Persip dan tanpa kesulitan yang berarti berhasil menuntaskan tugasnya  dengan sangat baik.

Pertandingan selesai, Persip juara! semua pemain Persip berlari menuju tribun sisi selatan, merayakan suka cita & kegembiraan bersama para supporternya.

Pemain Persibangga masih tertunduk lesu di tengah lapangan, begitu juga dengan para supporternya yang lebih banyak diam & hening menyaksikan euforia perayaaan Juara teman-teman Pekalongan.

Tidak berselang lama, para pemain Persibangga mulai berjalan mendekati tribun utara, supporter langsung bangkit dan meneriakan yel-yel “Persibangga, Persibangga, Persibangga”

Ibu Bupati & Pak ketua DPRD Purbalingga yang ikut hadir langsung di stadion, juga ikut turun dan mendekat ke supporter.

Terlihat gestur permintaan maaf dari para pemain, pelatih dan official karena gagal membawa Persibangga meraih juara. Memang ada raut kekecewaan & kesedihan, tapi sependek penglihatan saya semua supporter sangat bangga dengan pencapaian team tahun ini.

Tidak ada umpatan kotor, hinaan atau cacian, bahkan beberapa supporter terlihat bercanda dengan pedagang es teh keliling.

Selanjutnya, pemain & supporter dengan khidmat bersama-sama menyanyikan anthem “Sekarang & Selamanya”, selesai menyanyikan anthem dilanjut foto bareng bersama-bersama.

Itulah pertandingan, pasti ada menang atau kalah. Satu yang saya sangat bangga kali ini, walaupun kami datang dari sebuah kabupaten pinggiran, kabupaten ndeso, kami bisa buktikan kalo orang kampung juga punya attitude, adab dan sopan santun.

Pemain mulai menuju bench, saya hanya duduk manis melihat para supporter lain yang masih sibuk berfoto ria untuk mengabadikan moment, setidaknya masih ada sedikit keceriaan diwajah mereka.

Saya, adek saya & Hilmi tetangga rumah yang juga datang kesini motoran, mulai beranjak keluar stadion, diluar stadion keadaan sudah lumayan ramai. Beberapa suporter Persip juga terlihat membaur jadi satu bersama supporter Purbalingga.

Suasana sangat kondusif, tidak ada ejek-ejekan atau kericuhan yang terjadi. Supporter Persip merayakan keberhasilan mereka menjadi Juara, supporter Persibangga juga bersuka-cita karena bisa foto dengan latar belakang stadion besar hehe

Termasuk saya, yang juga tak ketinggalan buat foto-foto didepan Stadion Jatidiri. Pancen, cah ndeso menangi stadion gede wae wes seneng pooool hehe

Selesai foto-foto saya berpamitan dengan Hilmi yang bakal bermalam terlebih dahulu di Semarang, saya & adik saya menuju bus yang sudah siap mengantarkan kami pulang.

Adzan Maghrib mengiringi perjalanan pulang kami menuju Purbalingga, sebuah perjalanan yang sangat berkesan.

Sekali lagi selamat untuk Persip & juga teman-teman Pekalongan, sampai bertemu lagi di Liga 3 Nasional.

Leave a Comment