Kesan Dan Pesan Menjadi Kontributor Shutterstock Pemula

Peringatan : aku bukan seorang fotografer profesional, dan aku juga tidak pernah menempuh pendidikan formal dalam bidang fotografi. Semua yang aku tulis disini semata-semata hanya ingin aku dokumentasikan sehingga dapat berbagi pengalaman pribadiku saat mulai terjun di Shutterstock.

Pertama kali aku mengenal Shutterstock yaitu sekitar tahun 2017 atau 2018, ketika masih kuliah. Selayaknya mahasiswa yang butuh tambahan penghasilan, aku mulai cari cara bagaimana menghasilkan uang lewat online, dan bertemulah aku dengan Shutterstock ini. Berhubung waktu itu handphone yang aku gunakan tidak terlalu bagus, akhirnya aku putuskan untuk tidak terlalu mendalami lebih jauh lagi.

Lalu sekitar 2 tahun lalu, karena handphone yang aku gunakan sudah cukup layak untuk menghasilkan foto yang bagus, kenangan tentang Shutterstock tiba-tiba muncul kembali. Tanpa pikir panjang aku putuskan untuk mendaftar dan mencoba peruntungan di platform tersebut. Selesai mendaftar, aku coba unggah beberapa foto, namun hasilnya ternyata tidak semudah dibayangkan, semua foto yang aku unggah hasilnya “not approved” alias tidak diterima. Akupun memutuskan untuk tidak jadi melanjutkan Shutterstock ini, sungguh sangat pantang menyerah pemuda satu ini hahahaha.

Ramadhan tahun ini sedikit membawa berkah yang tak terduga. Ditengah menunggu waktu berbuka, aku iseng mencari kesibukan dengan mengunggah beberapa foto yang sempat aku jepret ke platform Shutterstock. Dan hasilnya sungguh diluar ekspektasi, foto-foto yang aku unggah diterima. Kegembiraan itu membangkitkan semangatku untuk kembali belajar Shutterstock, aku mulai serius menekuni dunia ini dan semangat untuk belajar semakin membara.

Aku mulai rutin menonton channel Youtube tentang Shutterstock, belajar bagaimana menghasilkan foto yang bagus, belajar teknik-teknik fotografi, belajar lebih dalam apa itu komposisi foto. Sampai tulisan ini dibuat, aku sudah mempunyai 72 portofolio foto yang diterima, memang masih sedikit tapi itu awal dari sebuah perjalan yang panjang.

Portofolio Shutterstock
Portofolio Shutterstock

 

Apa itu Shutterstock?

Shutterstock adalah salah satu dari sekian situs microstock, yaitu tempat dimana orang bisa menjual foto, ilustrasi, video baik untuk kebutuhan commercial atau editorial.

Jika kalian berpikir satu foto yang terjual akan dihargai puluhan atau ratusan dollar, buang jauh-jauh pikiran itu. Memang ada, tapi presentasinya sangat kecil dan tidak semua foto, kebanyakan foto yang dijual hanya akan dihargai 0.1 USD atau sekitar 1,600 Rupiah saja, bahkan untuk membayar parkir saja tidak cukup.

Sebenarnya, alih-alih menyebut situs menjual foto aku lebih senang menyebutnya sebagai tempat bagi hasil antara kreator (kita sebagai seorang contributor) dan shutterstock sebagai penyedia situs. Karena sistem yang digunakan oleh shutterstock, client (orang atau perusahaan yang membutuhkan foto, video atau ilustrasi) diwajibkan berlangganan agar bisa memakai produk kita, tentunya dengan syarat dan ketentuan yang berlaku.

Kesan Pertama, Menarik Tapi Tidak Semudah Yang Dibayangkan

Diantara puluhan situs Microstock, shutterstock mungkin adalah yang paling mudah & tidak terlalu ketat proses penilaiannya. Mudah disini bukan berarti kamu foto, unggah & langsung approved, tentu ada standar dan kualitas yang perlu kamu penuhi.

Ukuran resolusi foto yang diterima shutterstock minimal adalah 4 MB, jika foto kamu kurang dari 4 MB sebaiknya kamu tidak usah repot-repot untuk mengunggahnya karena pasti akan ditolak. Pencahayaan juga harus pas tidak terlalu gelap atau terang, foto juga tidak boleh blur atau terlalu banyak noise. Jika kamu ingin mengedit foto tersebut, silahkan, tapi jangan terlalu over editing. Hanya sebatas atur pencahayaan, kontras, highlight atau bayangan. Jangan sampai foto yang terlihat natural malah menjadi terlalu dramatis seperti filter Instagram, karena tentunya akan menyulitkan client untuk mengedit foto itu kembali.

Foto yang menurut kamu bagus belum tentu akan approved oleh shutterstock, sebaliknya foto yang mungkin hanya asal jepret dan terkesan asal malah bisa gampang approved. Jadi, silahkan jepret foto sebanyak mungkin, se random mungkin, tapi jangan terlalu berlebihan. Berlebihan disini maksudnya, ketika kalian memfoto sebuah objek, anggap saja bunga Kamboja terus foto tersebut approved, lalu kalian memfoto bunga tersebut seratus kali, cari objek atau momen lain. Kita tidak pernah tau foto mana yang akan laku.

Pesan : Shutterstock Bukan Jalan Cepat Menuju Kekayaan 

Jika kamu mendaftar shutterstock dengan tujuan agar cepat kaya dan menghasilkan uang sebanyak mungkin, aku sarankan untuk siap-siap kecewa. Memang ada kemungkinan itu terjadi, tapi perlu proses yang sangat panjang dan melelahkan.

Mas Bima Adhitya, salah satu fotografer profesional yang sudah punya 5-ribuan stock portofolio shutterstock, hanya bisa rutin payout sekitar 25-30 USD saja per bulan, sangat jauh di bawah Upah Minimum Kerja di Indonesia.

Sebaiknya ubah persepsi kamu dahulu tentang Shutterstock, saat ini aku menganggap Shutterstock adalah sebuah bentuk investasi yang kelak nanti akan aku wariskan untuk anak atau istri. Ini bukan tentang sekedar uang, tetapi apa yang kita bangun dan tinggalkan.

Leave a Comment