Sugeng Tindak, Mbah

Salah satu kekhawatiran manusia adalah kematian, entah itu kematian diri sendiri atau kematian orang-orang terdekat, seperti keluarga atau teman.

Dulu, waktu SD saya pernah nyeletuk ke salah satu teman yang mbahnya baru saja meninggal, gimana sih rasanya pas mbahmu meninggal? pertanyaan yang cukup bodoh, konyol dan terdengar sedikit kurang nirempati hehe

2021, saya merasakan apa yang dulu pernah saya tanyakan. Mbah Putri (dari pihak bapak) meninggal dunia setelah sekian lama hanya bisa berbaring diatas tempat tidur. Saya menyaksikan sendiri proses ketika meninggal, karena memang waktu itu keluarga sudah kumpul semua dirumah. Tangis haru langsung menyelimuti, sedang saya? hanya merasa sedih, tidak ada tangisan yg histeris seperti yang saya bayangkan dulu ketika SD.

Satu yang cukup membuat saya sedih, memori-memori kenangan waktu kecil tiba-tiba muncul dikepala. Ingatan dulu ketika saya kalo nonton bola pasti ke rumah mbah atau ketika saya tidak cocok dengan masakan dirumah pasti saya juga lari kerumah mbah atau ketika liburan sekolah semua saudara pasti kumpul semua dirumah mbah.

Selepas Mbah Putri meninggal, Mbah Kakung yang sebelumnya gagah & sehat, tiba-tiba mendadak pikun. Tingkah perilakunya seperti anak kecil, tidak ingat siapapun termasuk anak-anaknya, bahkan saya yang waktu itu setiap malam menginap dirumahnya saja tidak diingat.

Secara fisik memang masih kelihatan gagah & sehat, karena memang masih bisa jalan sendiri, masih bisa ngerokok, tapi secara daya ingat sudah sangat jauh berkurang.

Kejadian itu berlangsung hampir 2 tahun lebih, sampai akhir tahun 2023 kemaren Mbah Kakung tiba-tiba tidak mau makan, secara diagnosis kedokteran ada sedikit gejala stroke dimulut sehingga susah untuk nelan.

Solusinya adalah makan menggunakan alat bantu selang yang dimasukkan kedalam hidung, tapi itu tidak bertahan lama karena Mbah Kakung pasti akan berontak menarik-narik selangnya.

Berminggu-minggu Mbah Kakung hanya berbaring diatas tempat tidur & tidak ada asupan makan yang masuk, dipasang selang juga percuma karena pasti akan berontak & ditarik-tarik, sungguh situasi yang sangat dilema & membingungkan.

Sampai pada akhirnya, Minggu 28 Januari 2024 kemarin Mbah Kakung dipanggil kembali oleh yang Maha Kuasa, Allah SWT. Seperti waktu mbah putri meninggal, saya juga tidak menangis kali ini.

Ada dua perasaan campur aduk waktu itu, antar senang dan sedih. Senang karena Mbah Kakung sudah tidak merasakan lagi sakit dan lapar berminggu-minggu, Dan sedih karena kembali ditinggal oleh salah satu orang terdekat.

Dibanding dengan Mbah Putri, saya jauh lebih punya banyak memori dengan Mbah Kakung, dulu waktu kecil saya sering diajak ikut mengasah gergaji karena memang dirumah mbah adalah tempat pemotongan kayu.

Juga ketika kecil rambut saya mulai panjang pasti Mbah Kakung lah yang mengajak saya potong rambut dengan motor GL Pro-nya & pulangnya dibelikan es cream. Juga ketika saya tiap kali menonton bola dirumah mbah, pasti Mbah Kakung yang menemani saya nonton sampe selesai.

Atau ketika beberapa tahun lalu, setiap pagi buta pasti Mbah Kakung gedor-gedor kamarku untuk hanya minta dianter ke pasar. Mangkel, jengkel, kesel mungkin perasaanku waktu itu, karena setiap kepasar hanya muter-muter saja.

Sekarang, semua itu hanya tersisa cerita & kenangan. Mbah Kakung sekarang sudah kumpul bareng dengan Bapak-Ibunya, kumpul dengan Mbah Putri, kumpul dengan Pak De Budi (anaknya) yg sudah meninggal 2019, kumpul dengan Mas Bayu (Cucunya) dan cepat atau lambat saya juga pasti akan menyusul nanti.

AkuMbah Kakung

Sugeng tindak, Mbah! maafkan cucumu ini yang punya banyak sekali salah & sangat kurang berbakti kemarin.

 

 

 

 

 

Leave a Comment